Ini dia biografi Ernest Hemingway. My favourite Novelist.
Ernest Miller Hemingway (lahir 21 Juli
1899 – meninggal
2 Juli
1961 pada umur 61 tahun)
adalah seorang novelis,
pengarang
cerita pendek,
dan jurnalis
Amerika.
Gaya penulisannya yang khas dicirikan oleh minimalisme yang singkat
dan dengan gaya seadanya (understatement) dan mempunyai pengaruh yang
penting terhadap perkembangan fiksi abad ke-20. Tokoh-tokoh protagonis
Hemingway biasanya stoik, seringkali dilihat
sebagai proyeksi dari karakternya sendiri–orang-orang yang harus memperlihatkan
"keanggunan di bawah tekanan." Banyak dari karyanya dianggap klasik
di dalam kanon sastra Amerika.
Hemingway,
yang dijuluki "Papa," adalah bagian dari komunitas ekspatriat
pada 1920-an di Paris,
seperti yang digambarkan dalam novelnya A Moveable Feast. Ia
yang dikenal sebagai bagian dari "Generasi yang Hilang,"
sebuah nama yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Gertrude
Stein, mengalami kehidupan sosial yang penuh dengan badai, menikah
empat kali, dan konon menjalin banyak hubungan romantis semasa hidupnya.
Hemingway memperoleh Hadiah Pulitzer pada 1953 untuk The Old Man and the Sea. Ia memperoleh
Penghargaan Nobel dalam Sastra
pada 1954,
meskipun ia mengatakan bahwa ia "akan berbahagia–lebih berbahagia...bila
hadiah itu diberikan kepada pengarang yang cantik itu Isak Dinesen,"
sambil merujuk kepada pengarang Denmark Karen Blixen. Pada 1961,
dalam usia 61, bunuh diri.
Kehidupan awal dan pengalaman menulis
Foto bayi,
sekitar 1900
Ernest Hemingway dilahirkan pada 21 Juli
1899 di Oak Park, Illinois,
sebuah suburban dari Chicago. Hemingway adalah anak lelaki pertama dan anak kedua
dari enam anak yang dilahirkan dalam keluarga Clarence Edmonds ("Doctor
Ed") dan Grace Hall Hemingway. Ayah Hemingway, seorang dokter, menyaksikan
kelahiran Ernest dan kemudian meniup sebuah serunai di teras depannya, untuk
mengumumkan kepada tetangga-tetangganya bahwa istrinya telah melahirkan seorang
bayi lelaki. Keluarga Hemingway tinggal di sebuah rumah bergaya Victoria dengan
enam kamar tidur, yang dibangun oleh nenek Ernest dari pihak ibunya yang telah
menjanda, Ernest Hall, seorang imigran Inggris
dan veteran Perang Saudara yang tinggal bersama keluarga itu. Nama Hemingway
diberikan mengikuti nama neneknya.
Ibunda Hemingway berbakat menyanyi
dan pernah bercita-cita untuk menjadi penyanyi opera dan hidup dengan
memberikan pelajaran menyanyi dan musik. Ia seorang yang dominan dan seorang
yang saleh dan berpandangan sempit, yang mencirikan etika Protestan
yang ketat di Oak Park, yang kelak digambarkan Hemingway mempunyai
"halaman yang luas dan pikiran yang sempit." Ibunya ingin melahirkan
anak kembar, dan ketika hal itu tidak terjadi, ia mendandani Ernest yang kecil
dan saudara perempuannya Marcelline (18 bulan lebih tua) dengan pakaian yang
sama dan gaya rambut yang sama pula, sambil berpura-pura bahwa kedua anak itu
"kembar". Grace Hemingway lebih jauh memperlakukan anaknya secara
feminin pada masa remajanya dengan memanggilnya "Ernestine."
(Meskipun hal ini banyak dipemasalahkan oleh para penulis biografi -- khususnya
Kenneth S. Lynn -- harus dicatat bahwa anak-anak lelaki dari kelas menengah
keluarga Victorian sering diperlakukan seperti ini.)
Sementara ibunya berharap bahwa anaknya akan
mengembangkan minat dalam musik, Hemingway mewarsi minat ayahnya yang aktif
dalam kegiatan di luar rumah, yaitu berburu dan memancing di hutan-hutan dan
danau-danau di Michigan
utara. Keluarga itu memiliki sebuah rumah yang dinamai Windemere di Danau Walloon, Michigan
dan seringkali melewati liburan musim panasnya di sana. Pengalaman-pengalaman
awal dalam hubungan erat dengan alam ini kelak menanamkan dalam diri Hemingway kecintaan yang
mendalam dan berlangsung seumur hidup terhadap petualangan di luar rumah dan
kehidupan di tempat-tempat di dunia yang umumnya dianggap terpencil atau terisolasi.
Hemingway belajar di SMA Oak Park dan River Forest dan
di sana ia berhasil baik dalam bidang akademis maupun atletik. Hemingway bertinju dan bermain rugby, serta
memperlihatkan bakat yang luar biasa dalam pelajaran sastra
Inggris. Pengalaman menulisnya yang pertama adalah menjadi untuk Trapeze
dan Tabula, surat kabar dan majalah sastra sekolah.
Setelah SMA Hemingway tidak melanjutkan ke sekolah
tinggi. Sebaliknya, pada usia 17 tahun ia memulai karier penulisannya sebagai
seorang reporter
muda untuk The Kansas City Star
(1917). Meskipun ia bekerja di koran itu hanya selama enam bulan, sepanjang
hidupnya ia menggunakan pedoman dari gaya penulisan Star'
sebagai dasar untuk gaya penulisannya: "Gunakan kalimat-kalimat pendek.
Gunakan alinea pertama yang singkat. Gunakan bahasa Inggris yang hidup.
Bersikaplah positif, jangan negatif."
Perang Dunia I
Hemingway
muda dalam seragam Perang Dunia I
Hemingway meninggalkan pekerjaannya
sebagai reporter setelah hanya beberapa bulan, dan, bertentangan dengan
kehendak ayahnya, ia berusaha bergabung dengan Angkatan Darat Amerika Serikat
untuk menyaksikan aksi dalam Perang Dunia
I. Konon ia gagal dalam ujian kesehatan karena penglihatannya yang
buruk (tidak ada catatan tentang hal ini), dan karena itu ia bergabung dengan
Korps Ambulans Palang Merah berangkat ke Italia. Dalam
perjalanan ke front Italia, ia berhenti di Paris, yang saat itu
terus-menerus dibom oleh artileri Jerman. Bukannya tinggal di tempat yang relatif aman di Hotel
Florida, Hemingway malah berusaha mencapai arena pertempuran sedekat mungkin.
Segera setelah tiba di front Italia,
ia menyaksikan kebrutalan perang; pada hari pertama tugasnya, sebuah pabrik amunisi
dekat Milano
mengalami ledakan. Hemingway harus memunguti potongan-potongan tubuh manusia,
umumnya perempuan yang bekerja di pabrik itu. Perjumpaan yang pertama, dan
sangat kejam dengan maut ini membuatnya gemetar. Para serdadu yang dijumpainya
kelak tidak menolongnya meringankan rasa ngerinya. Misalnya, salah seorang di
antara mereka, Eric Dorman-Smith,
mengutip baginya satu baris ungkapan dari Bagian Dua dari Henry IV karya
Shakespeare: aku tidak peduli, mati hanya satu kali; kita berutang
maut kepada Tuhan ... dan biarkanlah hal itu terjadi sesukanya; orang yang mati
tahun ini berarti bebas pada tahun depan." (Hemingway sendiri kelak
mengutip ungkapan dari Shakespeare yang sama ini dalam cerita-cerita
pendek Afrikanya
yang terkenal.) Dalam kesempatan lain, seorang serdadu berusia 50 tahun, yang
kepadanya Hemingway berkata, "Anda troppo vecchio untuk perang ini,
Pak," menjawab, "Saya dapat mati seperti siapa saja."
("troppo vecchio" berarti "terlalu tua " dalam konteks ini)
Di front Italia pada 8 Juli
1918, Hemingway terluka
ketika sedang mengirim pasokan kepada tentara, hingga kariernya sebagai
pengemudi ambulans pun berakhir. Rincian persisnya tentang serangan ini
dipertikaikan, tetapi Hemingway pasti terkena pecahan mortir parit
Austria yang meninggalkan potongan-potongannya di kedua kakinya, dan oleh
sebuah rentetan tembakan senapan mesin. Karena itu ia dianugerahi Medali Perak (medaglia
d'argento) dari pemerintah karena, sementara terluka, ia menyeret seorang
serdadu Italia yang telruka hingga ke tempat aman.
Setelah pengalaman ini, Hemingway
dirawat di sebuah rumah sakit Milano yang dikelola oleh Palang Merah Amerika. Di
rumah sakit itu tidak banyak yang dapat dilakukannya sebagai hiburan. Hemingway
seringkali minum-minum dan membaca surat kabar untuk melewatkan waktu. Di situ
pulalah ia bertemu dengan Suster Agnes von Kurowsky dari
Washington, D.C., salah seorang dari 18 perawat yang masing-masing merawat
empat pasien. Hemingway jatuh cinta kepada Suster Agnes, yang usianya lebih
dari enam tahun lebih tua daripadanya, tetapi hubungan mereka tidak berlanjut.
Setelah ia kembali ke AS, Suster Agnes jatuh cinta dan menikah dengan lelaki
lain. Kejadian-kejadian ini memberikan ilham dan kemudian dijadikan fiksi dalam
salah satu novel pertama Hemingway, A Farewell to Arms.
Kegiatan
menulis setelah Perang Dunia I
Novel-novel
pertama dan karya-karya awal lainnya
Apartemen
Ernest Hemingway pada 1921 di Chicago, 1239 North Dearborn.
Setelah Perang Dunia, Hemingway
kembali ke Oak Park. Merasa diusir dari Amerika Serikat sebagian karena larangan minuman keras,
pada 1920 ia menerima pekerjaan di Toronto,
Ontario
pada Toronto Star.
Ia bekerja di sana sebagai penulis bebas, penulis staf, dan koresponden
asing. Di Toronto inilah Hemingway bersahabat dengan rekan wartawan Star
Morley Callaghan.
Callaghan telah mulai mengarang cerita-cerita pendek pada saat ini dan
memperlihatkannya kepada Hemingway, yang memujinya sebagai karya yang indah.
Callaghan dan Hemingway belakangan bersatu kembali di Paris.
Ernest tinggal dekat bagian utara
Chicago (1920 hingga 1921), bekerja untuk sebuah surat kabar kecil Pada 1921,
Hemingway menikah dengan istri pertamanya, Hadley Richardson. Bulan
September, ia pindah ke apartemen lantai empat yang sempit di 1239 North
Dearborn dekat bagian utara Chicago yang kumuh. Gedung ini masih berdiri
sekarang dengan plakat di depannya yang berbunyi "Apartemen
Hemingway." Hadley merasa apartemen itu gelap dan meresahkan dan, sebagian
karena alasan ini, suami-istri Hemingway memutuskan untuk tinggal di luar
negeri untuk sementara waktu. Pada Desember 1921 Hemingway meninggalkan Chicago
dan Oak Park untuk selama-lamanya.
Atas nasihat Sherwood Anderson, mereka
menetap di Paris, dan di sana Hemingway meliput Perang Yunani-Turki untuk Star.
Setelah kembalinya Hemingway ke Paris, Anderson memberikan kepadanya surat
perkenalan untuk Gertrude Stein. Stein menjadi mentornya dan
memperkenalkannya kepada "Gerakan Modern Paris" yang saat itu
berlangsung di Wilayah Montparnasse;
inilah permulaan dari lingkaran ekspatriat Amerika yang belakangan dikenal
sebagai Generasi yang Hilang,
sebuah istilah yang diciptakan oleh Stein. Mentor Hemingway lainnya yang
berpengaruh adalah Ezra Pound, pendiri imagism. Hemingway
belakangan mengenang kelompok ini dan berkata, "Setengah waktu Ezra benar,
dan bila dia keliru, dia keliru sekali hingga kita tidak akan ragu sedikit pun
tentang hal itu. Gertrude selalu benar." Kelompok ini seringkali
mengunjungi toko buku Sylvia Beach, Shakespeare
& Co., di 12 Rue de l'Odéon. Setelah penerbitan tahun 1922 dan
dilarangnya karya rekan mereka dari Amerika James Joyce,
Ulysses, Hemingway menggunakan
sahabat-sahabatnya yang berbasis di Toronto untuk menyelundupkan novel-novel
itu ke Amerika Serikat. Buku pertama Hemingway sendiri, yang berjudul Three
Stories and Ten Poems (1923), diterbitkan di Paris oleh Robert McAlmon. Pada tahun
yang sama, ketika ia kembali sebentar ke Toronto, anak lelaki pertama Hemingway
dilahirkan. Hemingway meminta Gertrude Stein untuk menjadi ibu serani John. Karena
sibuk mengasuh keluarga, Hemingway menjadi bosan dengan Toronto Star dan
mengundurkan diri pada 1 Januari 1924.
Debut sastra Hemingway di Amerika
dimulai dengan penerbitan kumpulan cerita pendeknya In Our Time (1925).
Sketsa yang kini menjadi antar-bab dari versi Amerikanya mulanya diterbitkan di
Eropa sebagai In Our Time (1924). Karya ini penting bagi Hemingway,
karena mengukuhkan kembali kepadanya bahwa gaya minimalisnya dapat diterima
oleh komunitas sastra. "Big Two-Hearted River"
adalah cerita terbaik dari kumpulan ini.
Gertrude
Stein (dalam sebuah potret oleh Pablo Picasso)
lama menjadi mentor Hemingway dan memberikan pengaruh yang penting terhadap
gaya dan perkembangan sastranya.
Pada April 1925, dua minggu setelah
diterbitkannya The Great Gatsby, Hemingway berjumpa dengan
F. Scott Fitzgerald di Dingo Bar. Fitzgerald dan
Hemingway mulanya bersahabat karib, seringkali minum dan berbincang bersama.
Mereka sering tukar-menukar naskah, dan Fitzgerald banyak menolong perkembangan
karier Hemingway serta penerbitan kumpulan cerita-ceritanya yang pertama,
meskipun belakangan hubungan mereka mendingin dan menjadi lebih kompetitif.
Namun demikian istri Fitzgerald, Zelda, sejak awal tidak
suka terhadap Hemingway. Dengan terang-terangan ia menggambarkan Hemingway
sebagai orang yang “penuh kepura-puraan” dan “palsu seperti cek karet” serta
menyatakan bahwa kepribadiannya yang macho hanyalah sebuah kedok. Ia pun merasa
sangat yakin – hingga pada tingkat yang tidak rasional – bahwa Hemingway adalah
seorang homoseksual dan menuduh suaminya menjalin hubungan cinta dengannya.
Apakah pertimbangan Zelda Fitzgerald
tentang hubungan antara kedua orang itu benar atau tidak, sejumlah sumber
mengatakan bahwa homofobia Hemingway yang tercatat dengan baik dan
serangan-serangannya yang banyak diajukan kepada orang-orang yang terang-terangan
homoseksual, seperti misalnya Jean Cocteau, adalah suatu tindakan
berlebih-lebihan untuk menutupi homoseksualitasnya sendiri. Dalam salah satu
contohnya, sebuah anekdot yang dikisahkan oleh Hemingway telah membuat Cocteau
marah dan menuduh Radiguet (yang dikenal di kalangan sastra Paris sebagai
"Monsieur Bébé") dekaden dengan hubungan gelapnya dengan seorang
model: "Bébé est vicieuse. Il aime les femmes." ("Baby tak
bermoral. Ia suka perempuan." [Perhatikan adjektiva feminin yang digunakan
di sini]). Radiguet, demikian menurut Hemingway, menggunakan seksualitas untuk
memajukan kariernya, karena sebagai penulis "yang tahu bagaimana memajukan
kariernya bukan hanya dengan pena tetapi juga dengan pensil," sebuah
rujukan yang sensasional kepada penis. Kemarahan yang jelas terhadap Cocteau
dan Radiguet (yang hubungannya sangat diperdebatkan dalam sumber-sumber
lainnya) memperlihatkan kebencian yang inheren terhadap kaum homoseksual yang
juga merupakan tema sentral dari banyak cerita pendeknya, termasuk "The
Sea Change".
Hubungan ini dan malam-malam panjang
sambil minum-minum memberikan ilham bagi novel pertama Hemingway yang suksesThe Sun Also Rises
(1926). Ia hanya membutuhkan enam minggu untuk menyelesaikannya di restoran
favoritnya di Montparnasse, La Closerie des Lilas. Novel ini, yang
isinya setengah-biografis karena mengikuti sekelompok ekspatrian Amerika di Eropa,
sukses dan dipuji oleh para kritikus. Sementara Hemingway mulanya mengklaim
bahwa novel adalah bentuk kuno sastra, ia tampaknya diilhami untuk menulis
novel setelah membaca naskah Fitzgerald untuk The Great
Gatsby.
Hemingway bercerai dengan Hadley
Richardson dan menikahi Pauline Pfeiffer, seorang Katolik yang saleh dari Piggott, Arkansas, pada
1927. Hemingway sendiri pada saat ini beralih menjadi Katolik. Tahun itu
bukunya Men Without Women,
sebuah kumpulan cerita pendek diterbitkan. Isinya memuat "The Killers",
salah satu cerita Hemingway yang paling terkenal dan paling sering dimuat dalam
antologi.
La Closerie
des Lilas, tampak di
sini pada 1909, adalah restoran favorit Hemingway di distrik Montparnasse,
Paris. Di sinilah ia menulis The Sun Also Rises.
Pada 1928, ayah Hemingway, Clarence,
yang mengidap diabetes dan dilanda masalah-masalah keuangan,
melakukan bunuh diri dengan sebuah pistol tua dari old masa Perang Saudara. Tindakannya ini sangat
melukai Hemingway. Ia segera berangkat ke Oak Park untuk mengatur pemakamannya
dan menimbulkan kehebohan karena ia mengungkapkan gagasan Katolik bahwa orang
yang bunuh diri akan masuk ke neraka. Pada saat yang hampir bersamaan, Harry Crosby, pendiri Black Sun Press dan
sahabat Hemingway dari masa ia tinggal di Paris, juga membunuh dirinya sendiri.
Pada tahun yang sama itu, anak lelaki Hemingway, Patrick, lahir di Kansas City
(anak lelakinya yang ketiga, Gregory, dilahirkan beberapa tahun kemudian). Anak
itu lahir dengan bedah Caesar setelah ibunya dengan susah payah
berusaha melahirkannya. Rincian kejadiannya dimasukkan oleh Hemingway ke dalam
bagian penutup dari novelnya, A Farewell to Arms.
A Farewell to Arms yang diterbitkan pada 1929,
menggambarkan secara terinci kisah cinta antara Frederic Henry, seorang
tentara Amerika, dengan Catherine Barkley, seorang perawat
Inggris. Novel ini sangat bersifat otobiorafisnya Hemingway sendiri. Plotnya
secara langsung diilhami oleh pengalamannya dengan Suster von Kurowsky di
Milano; kesakitan yang hebat di saat melahirkan anaknya Patrick oleh istri keduanya,
Pauline, mengilhami proses melahirkan Catherine dalam novel tersebut; Kitty Cannell
dalam kehidupan nyatanya mengilhami tokoh fiksinya, Helen Ferguson; sang pastor
dalam novel ini didasarkan pada Don Giuseppe Bianchi, pastor dari Residem ke-69
dan ke-70 dari Brigata Ancona. Sementara ilham untuk tokoh Rinaldi tidak jelas,
yang menarik ialah bahwa ia sudah muncul dalam In Our Time. A
Farewell to Arms diterbitkan pada saat ketika buku-buku tentang Perang
Dunia I lainnya juga banyak beredar, Her Privates We oleh Frederic Manning, All Quiet on
the Western Front oleh Erich Maria Remarque, Death of a Hero oleh Richard Aldington, and Goodbye to All That
oleh Robert Graves.
Sukses A Farewell to Arms membuat Hemingway mandiri secara finansial.
The (First) Forty Nine Stories
Beberapa dari cerita pendek
Hemingway yang paling terkenal ditulisnya pada periode setelah perang; pada
1938—bersama-sama dengan satu-satunya drama panjangnya, yang berjudul The
Fifth Column—49 cerita-cerita tersebut diterbitkan dalam kumpulan The Fifth
Column and the First Forty-Nine Stories. Maksud Hemingway
adalah, seperti yang diungkapkannya dalam pengantar kumpulannya, menulis lebih
banyak lagi. Banyak dari cerita-cerita yang dimasukkannya dalam kumpulannya ini
dapat ditemukan dalam kumpulan lain yang lebih disederhanakan, termasuk In Our Time, Men Without Women, Winner Take Nothing,
dan The Snows of
Kilimanjaro.
Sebagian dari cerita-ceritanya yang
penting dalam kumpulan ini termasuk: Old Man at the Bridge, On The
Quai at Smyrna, Hills Like
White Elephants, One Reader Writes, The Killers
dan (barangkalin yang paling terkenal) A Clean,
Well-Lighted Place. Sementara cerita-cerita ini agak pendek,
buku ini juga memuat cerita-cerita yang lebih panjang. Di antaranya yang paling
terkenal adalah The Snows of
Kilimanjaro dan The Short
Happy Life of Francis Macomber.
Hanya satu kumpulan cerita lainnya
karya Hemingway yang terbit pada masa hidupnya, Four Stories
Of The Spanish Civil War; "The Denunciation" yang memuat
cerita yang paling penting. The Nick Adams Stories
terbit secara anumerta pada 1972. Apa yang kini dianggap kumpulan definitif
dari semua cerita pendek Hemingway diterbitkan dengan judul The Complete
Short Stories Of Ernest Hemingway, yang pertama kali dikumpulkan
dan diterbitkan pada 1987.
Early critical interplay
Karya-karya awal Hemingway laku
terjual dan pada umumnya mendapatkan pujian dari para kritikus. Sukses ini
membangkitkan kelakuan kasar dan sombong dari Hemingway, bahkan dalam tahun-tahun
pembentukan kariernya. Misalnya, ia mulai mengajari F. Scott Fitzgerald bagaimana cara menulis; ia
juga mengklaim bahwa novelis Inggris Ford Madox Ford itu lemah
syahwat. Hemingway pada gilirannya mendapatkan banyak kritik. Jurnal Bookman menyerangnya
sebagai seorang penulis kotor. Menurut Fitzgerald, McAlmon, penerbit bukunya
yang pertama yang non-komersial, mengecap Hemingway "seorang fag
dan pemukul istri" dan mengklaim bahwa Pauline seorang lesbian
(ia konon mempunyai hubungan lesbian setelah perceraian mereka). Gertrude Stein
mengkritiknya dalam bukunya The
Autobiography of Alice B. Toklas, dan mengatakan bahwa ia
mengambil gaya prosanya dari dirinya dan dari Sherwood Anderson.
Max Eastman mengecam
Hemingway dengan keras. Ia memintanya untuk "keluar dari balik bulu dada
palsu itu " (tuduhan-tuduhan ini menyebabkan konfrontasi fisik antara
keduanya.). Eastman belakangan menulis sebuah esai yang berjudul Bull in the Afternoon,
sebuah satire
tentang karya Hemingway Death in the Afternoon.
Sisi lain dari kritik Eastman terdiri dari saran bahwa Hemingway mestinya
meninggalkan gaya hidupnya yang kesepian, stoisismenya yang membungkam, dan
menulis tentang masalah-masalah sosial pada masa kini. Hemingway melakukan hal
itu setidak-tidaknya untuk sementara waktu, dalam artikelnya Who Murdered the Vets?
untuk New Masses, sebuah
majalah kiri, dan To Have dan Have Not
menampilkan kesadaran sosial yang meningkat.
Tentang kritik-kritiknya, Hemingway
berkata, "Kita dapat menulis kapan saja bila orang meninggalkan kita
sendirian dan tidak mengganggu. Atau kita dapat menulis bila kita cukup kejam
tentang soal ini. Tetapi jelas tulisan terbaik terjadi bila kita sedang jatuh
cinta," dalam sebuah wawancara dalam The Paris Review, dengan pendirinya,
George Plimpton, pada 1958.
Key West dan Perang Saudara Spanyol
Hemingway
sedang menulis ketika tinggal di Key West
Mengikuti nasihat John Dos Passos, Hemingway
pindah ke Key West, Florida dan di
sana ia mendirikan rumah pertamanya di Amerika. Dari rumah batunya yang lama
—sebuah hadiah pernikahan dari paman Pauline—Hemingway memancing di perairan Dry Tortugas dengan teman
lamanya Waldo Peirce, pergi ke bar
terkenal Sloppy Joe's, dan sesekali
pergi ke Spanyol,
untuk mengumpulkan bahan-bahan untuk Death in the Afternoon
dan Winner Take Nothing.
Death in the Afternoon sebuah buku tentang adu banteng, diterbitkan
pada 1932. Hemingway telah menjadi seorang penggemar adu banteng setelah
menyaksikan fiesta Pamplona pada 1925, dan mengarang fiksinya dalam The Sun Also Rises.
Dalam Death in the Afternoon, Hemingway secara panjang lebar
membicarakan metafisika adu banteng: praktik ritualnya, bahkan hampir merupakan
agama. Dalam tulisan-tulisannya tentang Spanyol ia dipengaruhi oleh empu
Spanyol Pío Baroja (ketika
Hemingway memperoleh Penghargaan Nobel, ia pergi mengunjungi Baroja, lalu di
tempat tidur kematiannya, secara khusus ia mengatakan bahwa ia berpendapat
Baroja lebih berhak untuk penghargaan itu daripada dirinya).
Ernest
Hemingway, lukisan oleh Waldo Peirce untuk Majalah
Time pada 1937
Sebuah safari pada
musim gugur 1932 membawanya ke Mombasa, Nairobi, dan Machakos di Mua Hills, Kenya. Di Spanyol, ketika
menulis laporan tentang Perang Saudara Spanyol, Hemingway memutuskan
persahabatannya dengan John Dos Passos karena Dos
Passos terus menulis laporan, meskipun berkali-kali menulis peringatan mengenai
kekejaman, bukan hanya dari kaum Fasis yang tidak disukai Hemingway, tetapi
juga kaum Republikan yang dibela Hemingway ("The Breaking Point:
Hemingway, Dos Passos, and the Murder of Jose Robles" oleh Stephen Koch,
diterbitkan pada 2005 ISBN
1-58243-280-5) dan The Spanish Civil War (1961) oleh Hugh Thomas).
Dalam pandangan ini, Hemingway dihubungkan dengan wartawan Herbert Matthews.
Hemingway juga mulai mempertanyakan iman Katoliknya saat ini, dan akhirnya
meninggalkan Gereja itu (meskipun sahabat-sahabatnya mengatakan bahwa ia
mempunyai “hubungan yang lucu” dengan iman Katolik hingga akhir hayatnya).
Cerita "The Denunciation" [1]
tampaknya merupakan otobiografinya, dan karena itu menunjukkan bahwa si
pengarang pernah menjadi informan bagi kaum Republikan serta pelatih senjata
(The Spanish Civil War (1961) oleh Hugh Thomas). Pada tahun 1935 terbit Green
Hills of Africa, sebuah kisah tentang safari AFrikanya. The Snows of
Kilimanjaro dan The Short
Happy Life of Francis Macomber adalah hasil fiksi dari
pengalaman-pengalamannya di Afrika.
Beberapa masalah kesehatan terjadi
dalam hidup Hemingway pada masa ini: infeksi antraks,
luka pada bola matanya, luka pada dahinya, flu,
sakit gigi, pendarahan;
gangguan ginjal
karena memancing di Spanyol, otot selangkangan yang robek, jarinya terluka hingga
ke tulang dalam sebuah kecelakaan dengan sebuah bola tinju, luka terpotong (di
lengan, kaki, dan mukanya) karena menunggang kuda yang lari tidak terkendalikan
melalui hutan lebat di Wyoming, dan lengan yang patah karena kecelakaan mobil.
For Whom the Bell Tolls
Francisco
Franco memenangkan Perang Saudara Spanyol pada musim semi
1939. Hemingway kehilangan tanah air adopsinya yang dikuasai oleh kaum
nasionalis fasis Franco, dan belakangan juga rumahnya yang tercinta di Key West, Florida karena
perceraiannya pada 1940. Beberapa minggu setelah perceraiannya, Hemingway
menikahi pendampingnya di Spanyol, Martha Gellhorn, sebagai istri ketiganya.
Novelnya For Whom The
Bell Tolls terbit pada 1940; karya panjang yang berlangsung
selama Perang Saudara Spanyol, yang didasarkan pada kejadian-kejadian
sesungguhnya (Perang Saudara Spanyol Hugh Thomas) dan
mengisahkan tentang seorang lelaki Amerika yang bernama "Robert
Jordan" yang bertempur bersama kaum gerilyawan Spanyol di pihak
Republikan. Ini adalah salah satu sukses sastra Hemingway yang paling menonjol.
Judulnya diambilnya dari alinea sebelum yang terakhir dari karya John Donne Meditation
XVII.
Perang Dunia II dan sesudahnya
Amerika Serikat ikut terlibat dalam Perang Dunia
II pada 8 Desember 1941, dan untuk pertama
kalinya dalam hidupnya, Hemingway berusaha ikut serta dalam perang laut.
Di atas kapal Pilar, yang
kini sebuah Q-Ship, awak Hemingway
ditugasi menenggelamkan kapal-kapal selam Jerman yang mengancam
pelayaran di lepas pantai Kuba dan Amerika Serikat (Martha Gellhorn selalu menganggap
pengejaran di bawah laut ini sebagai alasan Hemingway dan teman-temannya untuk
mendapatkan bahan bakar dan minuman keras untuk menangkap ikan). Setelah FBI mengambil alih
kontra-spionase di Karibia – J. Edgar Hoover yang sudah sejak awal curiga
terhadap Hemingway, dan belakangan menjadi semakin bertambah-tambah – Ernest
belakangan pergi ke Eropa sebagai koresponden perang untuk majalah Collier's .
Hemingway, yang menjadi koresponden
untuk Collier's Weekly,
mengamati pendaratan D-Day
(Hari-H) dari sebuah LCVP (pesawat pendarat), meskipun ia tidak diizinkan ke
daratan. Ia belakangan marah karena istrinya Martha Gellhorn – yang saat itu
lebih merupakan koresponden perang saingannya daripada seorang istri – malah
berhasil mendarat pagi-pagi sekali pada tanggal 7 Juni dengan berpakaian
sebagai seorang perawat, setelah ia menyeberangi Atlantik ke Inggris dengan
sebuah kapal yang penuh dengan bahan peledak. Belakangan, di Villedieu-les-Poêles,
Perancis, ia konon melemparkan tiga buah granat ke gudang bawah
tanah tempat para perwira SS bersembunyi – meskipun cerita ini masih
harus dibuktikan. Hemingway bertindak sebagai seorang perwira penghubung tidak
resmi di Château de Rambouillet,
dan belakangan membentuk kelompok partisannya sendiri, yang, menurut ceritanya,
ikut serta dalam pembebasan Paris. Klaim ini telah dibantah oleh banyak sejarahwan, yang
mengatakan bahwa satu-satunya yang dibebaskan oleh Hemingway adalah Bar Ritz
Hotel; namun tidak diragukan bahwa ia memang berada di sana.
Setelah perang, Hemingway mulai
mengerjakan The Garden of Eden,
yang tak pernah diselesaikannya dan kelak diterbitkan secara anumerta dalam
bentuk yang sangat disederhanakan pada 1986. Pada suatu tahap, ia merencanakan
sebuah trilogi besar yang akan terdiri dari "The Sea When Young",
"The Sea When Absent" dan "The Sea in Being" (yang
belakangan akhirnya terbit pada 1952 dengan judul The Old Man and the Sea). Ia tinggal
selama beberapa waktu di sebuah kota Italia yang cantik bernama Acciaroli
(terletak sekitar 136km di selatan Napoli. Di sana ia seringkali terlihat
berjalan berkeliling kota, dengan sebuah botol selalu di tangannya. Acciaroli
terutama sekali dikenal sebagai desa nelayan, dan di sinilah pertama kalinya
Hemingway berkenalan dengan ide untuk "The Old Man and the Sea."
Hemingway terpesona oleh Antonio Masarone, seorang nelayan tua yang julukan
namanya dalam bahasa Italia berarti "Lelaki tua." (Mastracchio) Ada
pula cerita "Sea-Chase" (Pengejaran Laut); tiga dari cerita-cerita
ini disunting dan dipersatukan sebagai novel yang terbit secara anumerta Islands in the Stream
(1970).
Tak lama setelah bercerai dengan
Martha, Hemingway menikahi koresponden perang, Mary Welsh, yang pernah
dijumpainya di luar negeri pada 1944. Novel pertama Hemingway setelah For
Whom the Bell Tolls adalah Across the
River and Into the Trees (1950), yang terjadi di Venezia
setelah Perang Dunia II. Ia mengambil judulnya dari kata-kata terakhir Jenderal
Stonewall Jackson. Hemingway yang sedang
dimabuk cinta dengan seorang gadis muda Italia (Adriana Ivancich) pada
saat itu, menulis Across the River and Into the Trees yang merupakan
kisah cinta antara Kolonel Cantwell (berdasarkan Letnan Jenderal Inggris
"Chink" Dorman-Smith [lihat Journal of Modern Literature, Juni 1984])
dengan Renata yang muda (yang dibuat berdasarkan Adriana; "Renata"
dalam bahasa Italia berarti "dilahirkan kembali"). Novel ini oleh
banyak pihak dianggap jelek. Banyak yang menuduh Hemingway karena seleranya
yang buruk, gayanya yang tidak lancar, dan sentimental. Barangkali tuduhan yang
terakhir itu yang paling benar, danc ocok dengan sebuah pola yang sedang
berkembang: Hemingway sudah makin tua. Tetapi 'Across the River' toh mempunyai
sejumlah pembelanya di kemudian hari.
Tahun-tahun belakangan
Potret
Hemingway oleh Alfred Eisenstaedt, 1952
Satu saksi dari trilogy laut yang
telah disebutkan di atas diterbitkan dengan judul The Old Man and the Sea pada 1952.
Sukses besar novella tersebut
memberikan kepuasan besar bagi Hemingway, barangkali untuk yang terakhir
kalinya dalam hidupnya. Buku itu menghasilkan Penghargaan Pulitzer baginya pada 1953 dan
Penghargaan Nobel dalam Sastra
pada 1954, serta memulihkan reputasi internasionalnya.
Lalu, nasib sialnya yang legendaries
menimpanya kembali; dalam sebuah safari ia mengalami luka-luka dalam dua kecelakaan
pesawat terbang secara berturutan. Luka-luka Hemingway sangat
serius; bahu kanannya, lengan dan kaki kirinya keselo, ia mengalami gegar otak yang parah,
untuk sementara watku kehilangan daya penglihatan mata kirinya (dan daya
pendengarannya di telinga kiri), mengalami kelumpuhan sphincter, tulang
belakang, yang remuk, liver, spleen dan ginjal, dan
yang robek, serta mengalami luka bakar pada tingkat pertama di wajah, kedua
lengan dan kakinya. Beberapa surat kabar AS secara keliru menerbitkan
obituarinya karena menduga ia terbunuh dalam kedua kecelakaan itu.
Seolah-olah itu belum cukup, ia luka
parah sebulan kemudian dalam sebuah kecelakaan kebakaran semak, yang membuat ia
mengalami luka bakar
pada tingkat kedua pada kedua kakinya, dada, bibir, tangan kiri dan
bagian atas lengan kanannya. Penderitaannya menyiksanya cukup lama, sehingga ia
tidak dapat pergi ke Stockholm untuk menerima Hadiah Nobelnya.
Secercah harapan muncul dengan
ditemukannya sebagian naskah lamanya dari tahun 1928 di gudang bawah tanah
Ritz, yang kemudian ditransformasikannya menjadi A Moveable Feast.
Meskipun sebagian dari energinya tampaknya telah pulih, kecanduan minumnya yang
parah tetap membuatnya tidak berdaya. Tekanan darah tingginya serta
kolesterolnya yang tinggi sangat berbahaya. Ia menderita radang aorta, dan
depresinya, yang diperparah oleh kecanduan alkoholnya, menjadi semakin buruk.
Ia juga kehilangan Finca Vigía-nya,
tanahnya di luar Havana, Kuba yang telah
dimilikinya selama sekitar 20 tahun, dan terpaksa mengasingkan diri di Ketchum, Idaho, ketika
konflik di Kuba mulai meningkat. Maka bab terakhir pun dimulai – dengan
Hemingway berada dalam pengawasan pemerintah federal AS karena pernah tinggal
di Kuba dan aktivitasnya di sana.
Pada 26 Februari
1960, Ernest Hemingway
tidak dapat mengirimkan ceritanya tentang adu banteng, The Dangerous Summer
kepada penerbitnya. Karena itu ia menyuruh istrinya agar meminta temannya,
kepala kantor Majalah Life Will Lang Jr., untuk
meninggalkan Paris dan dating ke Spanyol. Hemingway membujuk Lang agar
mengizinkannya menerbitkan naskahnya, bersama-sama dengan sebuah tata gambar
sebelum cerita itu muncul dalam bentuk sampul tebal. Meskipun tidak ada
perjanjian tertulis, Ernest sepakat dengan usul itu. Bagian pertama dari ceritanya
muncul dalam Majalah Life pada 5 September
1960. Bagian-bagian
lainnya diterbitkan pada terbitan-terbitan berikut Life.
Hemingway kecewa oleh foto-foto
dalam artikelnya The Dangerous Summer.
Ia sedang dirawat di Ketchum, Idaho untuk tekanan darah tinggi dan masalah-masalah livernya —dan juga electroconvulsive
therapy (ECT) untuk depresi dan paranoianya
yang berkelanjutan, meskipun hal ini mungkin telah ikut menyebabkan bunuh
dirinya, karena ia dilaporkan menderita kehilangan daya ingat yang cukup besar
sebagai akibat perawatan kejut itu. Berat badannya juga menurun, dan tubuhnya
yang tingginya sekitar 183 cm tampak kurus dengan berat badan 77 kg.
Kematian
Hemingway berusaha melakukan bunuh
diri pada musim semi 1961,
dan memperoleh perawatan ECT
kembali; namun sekitar tiga minggu sebelum ulang tahunnya yang ke-62, ia bunuh
diri pada pagi hari 2 Juli
1961, dengan sebuah
senapan yang ditembakkannya ke kepala. Senapan itu dibelinya di Abercrombie and Fitch. Ia
dinilai secara mental tidak bertanggungjawab atas tindakan bunuh dirinya,
sehinga ia dikuburkan dengan tata-cara Katolik Roma. Hemingway sendiri
mempersalahkan perawatan ECT karena "membuat ia kehilangan bisnisnya"
dengan menghancurkan daya ingatnya. Opini medis dan para pakar kini
memperhatikan pandangan ini.
Beberapa anggota keluarga dekat
Hemingway juga melakukan bunuh diri, termasuk ayahnya, Clarence Hemingway, dua
orang saudaranya Ursula dan Leicester, dan belakangan cucunya Margaux Hemingway.
Sebagian orang percaya bahwa beberapa anggota dari garis keturunan ayah
Hemingway mempunyai kondisi gentik atau penyakit keturunan yang dikenal sebagai
hemokromatosis; dalam
kasus ini, konsentrasi zat besi yang berlebihan di dalam darah menyebabkan
kerusakan pada pancreas dan juga menyebabkan depresi atau ketidakstabilan dalam
cerebrum. Ayah Hemingway yang seorang dokter diketahui mengidap diabetes perunggu yang disebabkan
oleh kondisi ini pada tahun-tahun sebelum bunuh dirinya pada usia 59 tahun.
Sebagian orang berpendapat Hemingway menderita bipolar
disorder. Sepanjang hidupnya Hemingway adalah seorang peminum berat
dan ia menderita kecanduan alkohol (alkoholisme) pada usia senjanya. Namun ada pula
kemungkinan spekulasi medis yang berlebihan di sini mengenai penyakitnya
menjelang kematiannya serta kematiannya sendiri.
Ernest Hemingway dikebumikan di
pemakaman kota di Ketchum, di ujung utara
kota. Sebuah tugu peringatan, yang dibangun pada 1966, terletak tepat di
ujung Trail Creek Road, satu mil di sebelah timur laut dari Penginapan Sun Valley.
Penerbitan anumerta
Ernest Hemingway adalah seorang
penulis yang produktif. Pada 1981 banyak dari tulisan-tulisannya yang
diterbitkan oleh Scribner dalam Ernest
Hemingway Selected Letters 1917-1961. Penerbitan ini menimbulkan
sejumlah kontroversi karena Hemingway sendiri menyatakan bahwa ia tidak ingin
menerbitkan surat-suratnya. Namun demikian, surat-surat ini memberikan rincian
dan kepribadian yang membuat bukunya lebih mengasyikkan daripada kebanyakan
biografi Hemingway. Surat-suratnya yang lain diterbitkan dalam buku tentang
korespondensinya dengan penyuntingnya Max Perkins, The Only Thing that
Counts [1996].
Hemingway masih terus menulis
karya-karya baru hingga saat kematiannya pada 1961. Semua dari karya-karya yang
tidak selesai ini adalah satu-satunya karangan Hemingway yang diterbitkan
secara anumerta; karangan-karangannya itu adalah A Moveable Feast, Islands in the Stream,
The Nick Adams Stories
(bagian-bagian yang sebelumnya tidak pernah diterbitkan), The Dangerous Summer,
dan The Garden of Eden.[20]
Dalam sebuah catatan yang mengantarkan "Islands in the Stream" Mary
Hemingway menunjukkan bahwa ia bekerja dengan Charles Scribner, Jr. dalam
"mempersiapkan buku ini untuk penerbitan dari naskah asli Ernest."
Dalam catatan itu, ia menyatakan bahwa "di luar aktivitas rutin mengoreksi
ejaan dan tanda baca, kami melakukan beberapa pemotongan terhadap naskahnya yang
saya rasa Ernest sendiri akan melakukannya. Buku ini seluruhnya milik Ernest.
Kami tidak menambahkan apapun ke dalamnya." Sejumlah kontroversi muncul
sekitar penerbitan karya-karya ini, sejauh tidak menyangkut yrusdiksi sanak
keluarga Hemingway atau para penerbit yang menentukan apakah karya-karya ini
perlu diterbitkan untuk umum. Misalnya, para ahli seringkali mencatat dengan
nada negatif bahwa versi The Garden of Eden yang diterbitkan oleh Charles
Scribner's Sons pada 1986, meskipun sama sekali bukanlah revisi
terhadap karya asli Hemingway, tetap tidak memasukkan dua pertiga dari naskah
aslinya.
Pada 1999, sebuah novel yang lain
berjudul True at First Light
muncul dengan nama Ernest Hemingway, meskipun buku ini mengalami banyak
suntingan oleh anaknya, Patrick Hemingway. Enam
tahun kemudian, Under Kilimanjaro,
sebuah versi suntingan ulang dan versi yang jauh lebih panjang dari True at First Light
terbit. Dalam kedua edisi tersebut, novelnya adalah sebuah kisah fiktif tentang
safari terakhir Hemingway di Afrika pada 1953–1954. Ia menghabisi beberapa
bulan di Kenya dengan istri keempatnya, Mary, sebelum kecelakaan pesawat
terbang yang hampir fatal terjadi. Antisipasi akan novel ini, yang naskahnya
telah selesai pada 1956, adumbrates barangkali suatu pertempuran besar dan
kritis yang tidak pernah terjadi sebelumnya tentang apakah layak menerbitkan
karya ini (banyak sumber mengatakan bahwa sisi baru yang ringan dari Hemingway
akan dilihat berlawanan dengan citranya yang macho dan kanonik), bahkan sebagai
editor Robert W. Lewis dari Universitas
North Dakota dan Robert E. Fleming dari Universitas New Mexico
telah mendorong agar novel ini diterbitkan. Novel ini akhirnya terbit pada 15 September
2005.
Yang juga diterbitkan setelah
kematian Hemingway adalah sejumlah kumpulan karyanya sebagai seorang wartawan.
Terbitan-terbitan ini memuat kolom dan artikel-artikel yang ditulisnya untuk
Esquire Magazine, Aliansi Surat kabar Amerika Utara, dan Toronto Star.
Tulisan-tulisannya antara lain adalah Byline: Ernest Hemingway disunting
oleh William White, dan Hemingway: The Wild Years disunting oleh Gene Z.
Hanrahan. Akhirnya, sebuah kumpulan pengantar, kata pendahuluan, surat-surat
publik dan berbagai tulisannya yang lain diterbitkan sebagai Hemingway and
the Mechanism of Fame pada 2005.
Pengaruh dan warisan
Pengaruh karangan-karangan Hemingway
terhadap sastra Amerika sangat
besar dan terus dirasakan hingga sekarang. Memang, pengaruh gaya Hemingway
begitu meluas sehingga dapat terlihat dalam kebanyakan fiksi kontemporer,
ketika para penulis menggali inspirasi entah dari Hemingway sendiri ataupun secara
tak langsung melalui penulis-penulis yang secara sengaja meniru gaya Hemingway.
Di masa hidupnya sendiri, Hemingway memengaruhi penulis-penulis di lingkungan
sastra modernisnya seniri. James Joyce
menyebut "A Clean, Well Lighted Place" sebagai "salah satu
cerita terbaik yang pernah ditulis". Pulp fiction dan fiksi
kriminal "matang"
(yang berjamuran sejak 1920-an hingga 1950-an) seringkali berutang besar kepada
Hemingway. Gaya prosa Hemingway yang padat--"Nick bangkit. Ia tidak
apa-apa"-- dikenal telah mengilhami Bret Easton Ellis, Chuck Palahniuk, Douglas Coupland dan
banyak pengarang Generasi X. Gaya Hemingway
juga memengaruhi Jack Kerouac dan para pengarang Beat Generation lainnya. J.D. Salinger konon pernah
ingin menjadi pengarang cerita pendek besar Amerika seperti Hemingway. Hunter S. Thompson sering membandingkan dirinya
dengan Hemingway, dan kalimat-kalimat singkat gaya Hemingway dapat ditemukan
dalam The Rum Diary.
Thompson juga bunuh diri, dalam cara yang sama seperti Hemingway, diduga oleh
banyak orang sengaja dilakukan Thompson dalam usahanya menghormati pahlawannya.
Di luar para pengarang sastra yang lebih formal, novelis populer Elmore
Leonard, yang mengarang sejumlah novel genre Western dan Kriminalitas, menyebut
Hemingway sebagai tokoh yang paling memengaruhinya, dan hal ini tampak jelas
dalam prosanya yang ditulisnya dengan paadt. Meskipun ia tak pernah mengklaim
menulis sastra yang serius, ia pernah mengatakan, "Saya belajar dengan
meniru Hemingway.... hingga saya sadar bahwa saya tidak mengikuti sikapnya
terhadap kehidupan. Saya tidak mengangap diri saya atau apapaun juga dengan
serius seperti dia."
Dalam sastra Amerika Latin,
pengaruh Hemingway mungkin paling jelas kelihatan dalam karya-karya Gabriel García Márquez, yang, misalnya,
seringkali menggunakan laut sebagai citra sentral dalam fiksinya. Film 1988 The Moderns mengambil
tempat di Paris
pada masa Hemingway dengan tokoh sentralnya yang bernama Nick Hart, yang
bersahabat dengan Hemingway. Novelis fiksi ilmiah
Joe Haldeman memperoleh Penghargaan Hugo dan Penghargaan Nebula untuk novellanya, The
Hemingway Hoax, sebuah cerita yang menjajaki kemungkinan dampak
cerita-cerita Hemingway yang hilang terhadap sejarah abad ke-20. Band
heavy-metal terkenal, Metallica diilhami oleh 'For Whom The Bell Tolls' dan menulis
sebuah lagu dengan judul yang sama yang menjadi sangat terkenal. Pada 1999, Michael Palin melakukan
napak tilas terhadap kehidupan Hemingway, dalam Michael Palin's Hemingway
Adventure, sebuah film dokumenter televisi, seratus tahun setelah kelahiran
pengarang favoritnya. Perjalanan ini membawanya ke banyak tempat termasuk Chicago,
Paris,
Italia,
Afrika,
Key West, Kuba, dan Idaho. Bukuya tersedia di
situsnya [3]. Sejak 1987,
aktor-penulis Ed Metzger telah
melukiskan kehidupan Ernest Hemingway dalam sebuah pertunjukan panggung solo Hemingway:
On The Edge, yang menampilkan cerita-cerita dan anekdot dari kehidupan dan
petualangan Hemingway sendiri. Metzger mengutip Hemingway, "Ayahku berkata
kepadaku, jangan membunuh apapun yang akan kaumakan. Pada usia 9 tahun, aku
menembak seekor landak. Itu adalah pelajaran yang paling berat yang pernah
kuperoleh." Informasi loebih jauh tentang pertunjukan ini terdapat di
situs ini.
Saat artikel ini ditulis, hanya
seorang anak lelaki Hemingway yang masih bertahan yaitu Patrick. Dalam karya Harry Turtledove "Alternate
History" Timeline-191, Hemingway
muncul sebagai tokoh yang mengemudikan ambulans di Front AS-Kanada di Quebec pada
masa Perang Dunia. Si tokoh tertembak alat reproduksinya, sehingga ia mengalami
depresi berat dan kecenderungan bunuh diri. Dalam novel grafis Dave Sim, Cerebus, kisah
"Form and Void" menampilakn Ham dan Mary Ernestway, parodi tentang
Hemingway dan istrinya Mary. Beberapa tahun terakhir hidup Hemingway, termasuk
terapi kejutan listriknya, safari yang menyebabkan ia terluka parah, dan bunuh
dirinya, digunakan sebagai plot untuk ceritanya. Band Ween menyebutkan Hemingway
dalam nyanyian "Don't Laugh I Love You". Kata-katanya berbunyi,
"Ernest Hemingway akan selalu ada untukku. Tapi kini Ernest Hemingway
telah mati." Band rock Bad Religion punk merujuk Hemingway
dalam lagu mereka "Stranger Than Fiction". Kata-katanya berbunyi,
"Aku ingin tahu mengapa Hemingway gila." "Here's to Life"
karya Streetlight Manifesto juga
menyebutkan Hemingway: "Hemingway tampaknya tidak pernah peduli akan
kebosanan kehidupan yang normal dan setiap kali saya merasa hal ini makin
berat. Karena itu ia mengarahkan senapannya ke udara. Wajahnya diletakkannya di
antara keduanya dan ia menghela napasnya, 'Demi kehidupan!'"
Penghargaan dan penghormatan
Selama
hidupnya Hemingway diberikan penghargaan sebagai berikut:
- Medali
Perak untuk Keberanian Militer (medaglia d'argento) dalam Perang Dunia
I
- Bintang
Perunggu (Koresponden Perang - Militer luar buasa dalam Perang
Dunia II) pada 1947
- Penghargaan Pulitzer pada 1953 (untuk
The Old Man and the Sea)
- Penghargaan Nobel dalam Sastra
pada 1954 (The Old Man and the Sea dikutip sebagai alasan untuk
penghargaan ini)
Aneka rupa
- Para pelaut terkenal sangat
menghargai kucing yang jari kakinya berlebih karena hal ini membuat mereka
lebih hebat memanjat dan karena mereka cakap berburu sebagai bantuan untuk
mengatasi tikus
di kapal. Sebagian pelaut juga menganggapnya sebagai keberuntungan bila
sedang berada di laut. Hemingway adalah salah seorang yang terkenal
sebagai pencinta kucing seperti itu. Mula-mula ia memperoleh kucing
berjari kaki enam oleh seorang kapten kapal. Seperti yang ditulisnya dalam
testamennya, bekas rumahnya di Key West, Florida
(yang kini menjadi museum yang populer), saat ini dihuni oleh sekitar 60
ekor keturunan kucingnya, sekitar 50% di antaranya mempunyai kaki dengan
enam jari. Rumah dan kucing-kucing penghuninya itu muncul sebentar dalam
film James
Bond 1989 Licence to Kill.
- Menurut berbagai sumber
biografi, tinggi badan Hemingway sekitar 183 cm dan beratnya antara 77 kg
hingga 118 kg pada berbagai waktu dalam hidupnya. Tubuhnya tegap berotot,
meskipun pada usia pertengahan perutnya membuncit. Rambutnya coklat tua,
matanya coklat, dan biasanya ia mengenakan kumis (dan kadang-kadang
janggut) sejak usia 23 tahun. Pada usia 50 tahun, ia terus-menerus
mengenakan janggut yang beruban. Ia mempunyai bekas luka di dahinya,
akibat kecelakaan ketika mabuk di Paris pada akhir 20-an tahun (ia mengira
sedang menarik tali penyiram toilet, namun ternyata ia menarik lampu di
atas kepalanya). Sepanjang hidupnya ia menderita myopi, namun karena
kesombongannya ia menolak mengenakan kaca mata hingga ia berusia 32 tahun.
Jarang sekali ia tampil di foto dengan kaca matanya. Ia gemar bermain tenis, memancing
dan berburu,
serta membenci New York City.
- Aktris dua bersaudara Margaux Hemingway
dan Mariel Hemingway
adalah cucu Hemingway.
- Namanya disebutkan dalam lagu Billy
Joel yang bertema sejarah "We Didn't Start
the Fire", sebagai tokoh pertama dalam alinea ke-13.
- Pada 2006 dinyatakan bahwa James Gandolfini akan melukiskan Hemingway
dengan mendalam tentang percintaannya dengan Martha Gellhorn.
Percintaan ini konon merupakan ilham bagi For Whom The Bell
Tolls. Gellhorn akan diperankan oleh Robin Wright Penn.
- Ia juga disebutkan dalam lagu
"Here's to life" oleh band Ska/Punk Streetlight
Manifesto: "Hemingway tampaknya tidak pernah keberatan dengan
kebersahajaan kehidupan yang normal dan saya merasa hal itu terus-menerus
semakin berat. Karena itu ia menembakkan senapan ke udara. Lalu mukanya
dia letakkan di antara keduanya dan ia menghela napasnya, Here's To
Life! (Demi kehidupan)"
- Seri permainan video Paper Mario menampilkan
seekor penguin novelis yang bernama "Herringway".
Karya-karya
Hemingway
Novel/Novela
- (1925) The Torrents of
Spring
- (1926) The Sun Also Rises
- (1929) A Farewell to Arms
- (1937) To Have and Have Not
- (1940) For Whom the Bell
Tolls
- (1950) Across
the River and Into the Trees
- (1952) The Old Man and the Sea
- (1962) Adventures
of a Young Man
- (1970) Islands
in the Stream
- (1986) The Garden of Eden
Non fiksi
- (1932) Death in the
Afternoon
- (1935) Green Hills of
Africa
- (1960) The Dangerous Summer
- (1964) A Moveable Feast
- (2003) Ernest
Hemingway Selected Letters 1917-1961
- (2005) Under Kilimanjaro
Kumpulan cerita pendek
- (1923) Three Stories
and Ten Poems
- (1925) In Our Time
- (1927) Men Without Women
- (1932) The Snows of
Kilimanjaro
- (1933) Winner Take Nothing
- (1938) The
Fifth Column and the First Forty-Nine Stories
- (1947) The Essential
Hemingway
- (1953) The Hemingway Reader,
- (1972) The Nick Adams
Stories
- (1976) The
Complete Short Stories of Ernest Hemingway
- (1995) Collected Stories
- Sumber : Wikipedia